Problem Based Learning
Kamis, 12 November 2009Posted by
Muhammad Ridwan
0 Comments
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan seseorang untuk menghafal informasi. Otak seseorang dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika seseorang didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis tetapi mereka miskin aplikasi.
Masih banyak pendidikan yang tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif.
Sistem Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemahaman masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.
Dalam sistem PBL ini mahasiswa dituntut menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu maupun dari kuliah yang telah diberikan. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator-mahasiswa ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual..
Peran mahasiswa secara umum dalam perkuliahan dengan sistem PBL adalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara kelompok serta berperan aktif dalam kuliah. Berbeda dangan sistem belajar konvensional yang lebih condong ke pasifan mahasiswa dalam mencari informasi-informasi tambahan selain dari kuliah ekstra yang diberikan oleh dosen.
Karakteristik sistem Problem Based Learning ini adalah :
1. Mahasiswa menjadi lebih aktif dalam pencarian informasi-informasi baru
2. Peran dosen maupun tutor sebatas sebagai guide
3. Yang menjadi center pembelajaran bukan lagi dosen melainkan mahasiswa itu sendiri
4. Pengembangan kemampuan untuk saling berkolaborasi
Beberapa keuntungan dari PBL daripada sistem konvensional :
1. Pembelajaran lebih intens dan terfokus
2. Mampu untuk menjelaskan suatu mekanisme dengan menjawab sebab – akibat
3. Meningkatkan kemampuan critical thinking
4. Meningkatkan kemampuan creative thinking
5. Meningkatkan kolaborasi yang efektif
Dengan mengetahuinya kita tentang gambaran umum diatas maka sudah seharusnya mahasiswa yang menggunakan sistem PBL ini mempersiapkan lebh matang agar dalam perjalanan belajar kedepannya tidak mengalami permasalahan yang membuat pekerjaan-pekerjaan lain tertunda. Persiapan umum yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum mengikuti PBL adalah:
1. Meningkatkan kolaborasi yang efektif
2. Mulailah mencoba mencari permasalahan yang ada di dalam skenario
3. Tentukanlah sumber informasi yang akan digunakan yang berkaitan dengan skenario
4. Pembelajaran secara terintegrasi, karena pembelajaran tidak bisa diorganisasikan secara tradisional menurut kurikulum
5. Perubahan paradigma bagi mahasiswa dan dosen:
(a) bagi mahasiswa: kesadaran untuk belajar secara mandiri
(b) bagi dosen: fungsi baru sebagai fasilitator dan motivator
Selain mengetahui tentang persiapan-persiapannya, mahasiswa juga harus mengetahui langkah-langkah pembelajaran dalam sistem problem based learning ini. Dalam PBL dikenal metode Seven Jump yang berarti tujuh langkah yang harus dilewati agar diskusi berlangsung dengan rapi, ketujuh langkah tersebut sudah kami cantumkan pada BAB II tinjauan pustaka, namun untuk lebih jelasnya akan kami bahas satu per satu tentang seven jump yang biasa kita lakukan dalam tutorial:
1. Identifikasi dan klarifikasi istilah. Konsep dan kata-kata sulit yang ada di dalam skenario dengan menggunakan proir knowledge atau mencari artinya dalam kamus. (sekretaris mencatat kata-kata yang masih belum dimengerti setelah didiskusikan)
2. Penentuan masalah. Setiap anggota memiliki bermacam perspektif masalah yang ada dalam skenario, akan tetapi harus dicari masalah yang disepakati bersama. (sekretaris mencatat daftar masalah yang telah disetujui).
3. Brainstorming. Anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki (prior knowledge). Identifikasi area pengetahuan yang kurang. (sekretaris menulis yang didiskusikan).
4. Mapping konsep. Berdasarkan langkah 2 dan 3 maka disusun penjelasan masalah dalam bentuk penjelasan sementara (tentative solution). (sekretaris mencatat penjelasan masalah sementara yang telah didiskusikan).
5. Penentuan Tujuan pembelajaran yang akan diraih. Merumuskan tujuan pembelajaran dan identifikasi sumber informasi yang tepat. (Tutor mengarahkan agar tujuan pembelajaran fokus, dapat dicapai, komprehensip dan sesuai dengan yang diharapkan.)
6. Belajar mandiri. Mahasiswa belajar mandiri untuk mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran. (di luar waktu diskusi)
7. Reporting. Setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling berdiskusi untuk penyusunan laporan. (Tutor menilai jalannya proses ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)